Aristoteles pernah mengatakan bahwa musik adalah sesuatu yang memiliki kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotism. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dl urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinam-bungan
Musik ialah rekreasi paling sederhana yang kita nikmati. Selama berabad-abad, musik telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia dan kini menjadi sesuatu yang sudah tidak bisa terpisahkan. Melalui musik kita dapat menampilkan berbagai emosi juga perasaan yang kita alami. Beberapa orang justru mendapat ketenangan dan terapi ketika mendengarkan musik dengan genre tertentu. Hal ini tentu sangat menarik untuk dikupas lebih dalam.
Sejak dahulu, manusia telah mempercayai bahwa musik memiliki peran yang signifikan dalam penyembuhan manusia. Terbukti dengan adanya mitologi Yunani yang mengatakan bahwa dewa Apollo yang terkenal sebagai dewa musik namun juga dikenal sebagai dewa pengobatan. Pada zaman tersebut diyakini bahwa musik merupakan cabang seni yang dikaruniai kekuatan untuk menembus jiwa-jiwa pendengarnya. Bahkan dalam beberapa budaya juga musik dianggap sebagai salah satu kesenian yang sakral.
Terapi musik sendiri sudah popular di benua Amerika sejak akhir abad ke-18 selama masa perang dunia ke I. Pada zaman tersebut, musik diperdengarkan diberbagai rumah sakit veteran sebagai media penyembuhan trauma prajurit akibt perang. Peran musik sediri yakni sebagai penetralisir atau mengurangi rasa sakit yang telah diderita para prajurit dikarenakan musik sendiri mampu memberikan pengaruh baik secara fisiologis, psikologis, dan juga kognitif. Lalu sejak saat itu lah, lembaga akademik mulai menggalangkan berbagai mavam program pelatihan kepada para musisi agar dapt lebih berkembang (Djohan, 2003 : 84-85). Setelah abad ke 19, lebih tepatnya pada tahun 1950, pengembangan pemanfaatan musik sebagai media terapi mulai mendapat lebih banyak sorotan dnegan didirakannya sebuah organisasi professional melalui kolaborasi para terapis musik untuk menangani pasien gangguan penglihatan, mental, serta beberapa pasien psikiatri (Djohan, 2003 : 185).
Lee Salk dan Merritt (2003 : 113) melalui penelitiannya mampu membuktikan bahwa tempo dari sebuah musik ternyata memengaruhi detak jantung seseorang. Penelitian ini diuji coba pada sekelompok bayi yang diperdengarkan dengan tempo 72 (ketukan jantung normal) dalam kurun waktu tertentu terbukti dapat menaikkan berat badan bayi lebih besar daripada sekelompok bayi yang tidak mendengarkan musik tersebut. Sedangkan, ketika bayi diperdengarkan musik dengan tempo 128, kelompok bayi tersebut menjadi sangat terganggu dan tidak nyaman. Tidak hanya itu, para ilmuwan di Universitas Stanford juga melalui penelitiannya pada dua kelompok Wanita beruia 18-24 tahun menunjukkan bahwa musik sendiri dapat menghibur mereka sehingga meningkatkan produktivitas kerja. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pekerja yang diiringi musik dengan ritme yang lebih teratur dapat menyelesaikan tugas mereka jauh lebih cepat daripada yang mendengarkan musik dengan ritme tidak teratur.
Keterkaitan musik dengan terapi juga dikemukakan oleh seorang Psikolog Bernama Janet Lapp dari Universitas Negeri California. Ia mengatakan bahwa paduan musik dengan teknik membayangkan serta rileksasi dapat mengurangi intensitas serta durasi sakit kepala (khususnya migrain) yang dipicu oleh ketegangan.
Dengan beberapa uraian diatas dapat membuktikan bahwa musik dapat membantu manusia sebagai media terapi dengan memperbaiki, mengembangkan mental, memlihara Kesehatan emosi dan fisik, serta meningkatkan kesadaran diri.
Komentar
Posting Komentar